Leelou Blogs
topbella

Selasa, 07 Desember 2010

KEPEMIMPINAN : Perspektif Psikologi

Berta E.A. Prasetya

1.Definisi Kepemimpinan

Robert dan Hunts (dalam Riyono & Zulaifah, 2001) mendefinisikan seorang pemimpin adalah orang yang perilakunya dapat mempengaruhi atau menentukan perilaku anggota lain dalam kelompoknya. Lester (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Sementara praktisi biasanya menerapkan pemimpin adalah orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang lain, tugas dan situasi agar mencapai tujuan organisasi.
Robbins (2002) mengamati bahwa definisi kepemimpinan begitu banyak. Namun rangkuman dari berbagai definisi kepemimpinan itu adalah kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Sumber dari pengaruh ini bisa formal, seperti misalnya karena adanya penunjukkan dari organisasi. Pada model ini, pemimpin dapat menjalankan peran kepemimpinan semata-mata karena kedudukannya. Pemimpin yang semacam ini bisa saja dipatuhi oleh kelompok karena kedudukannya, bisa juga tidak didukung oleh kelompok apabila dirinya bertentangan dengan kepentingan kelompok. Selain itu juga dijumpai pemimpin informal, dimana biasanya pemimpin ini tidak ditunjuk oleh organisasi untuk memimpin kelompok, namun ia muncul dari anggota kelompok sebagai orang yang berpengaruh dalam kelompok tersebut.
Daft (2005) mengembangkan konsep pengaruh dan pencapaian tujuan ini dalam definisi tentang kepemimpinan yaitu” Leadership is an influence relationship among leaders and followers who intend real changes and outcomes that reflect their shared purposes (h.5)”. Dalam konteks ini yang ditambahkan adalah adanya saling pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Bahwa pemimpin juga akan dipengaruhi oleh reaksi orang yang dipimpinnya, demikian sebaliknya. Kepemimpinan juga menyiratkan adanya niat dari yang memimpin maupun yang dipimpin untuk membuat sebuah perubahan yang berarti, yang tidak hanya didikte dari sang pemimpin, tetapi merupakan refleksi keinginan baik pemimpin maupun yang dipimpin. Definisi ini juga menyiratkan bahwa kepemimpinan terjadi di antara individu, artinya, pemimpin adalah individu yang memiliki pengikut serta dapat menjadi contoh bagi individu lainnya untuk bergerak.


2. Perbedaan antara Kepemimpinan dan Manajemen
Daft (2005) mendefinisikan manajemen sebagai pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, organisasi, staffing, pengarahan (directing), dan pengontrolan sumber-sumber organisasi.
Lebih lanjut Daft (2005) menjelaskan bahwa baik kepemimpinan maupun manajemen sama-sama mengarahakan organisasi, tapi betapapun ada perbedaannya. Manajemen lebih berfokus pada membuat perencanaan yang detail, jadwal yang tepat untuk mencapai hasil tertentu, kemudian mengalokasikan sumber daya yang ada di organisasi untuk melaksanakan rencana. Sedangkan kepemimpinan lebih pada penciptaan visi yang memikat di masa depan, dan menciptakan strategi jangka panjang untuk mengadakan perubahan yang dibutuhkan untuk mencapai visi tersebut. Jadi bisa dikatakan bahwa manajemen bekerja pada dari atas ke bawah, dan hasil jangka pendek sedangkan kepemimpinan mengarahkan dirinya untuk mengawasi terlaksananya cita-cita jangka panjang.
Kotter (dalam Morehead dan Griffin, 1998) menyebutkan perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan adalah sebagai berikut:




Aktifitas


Manajemen
Kepemimpinan
Penciptaan Agenda
Merencanakan dan Membuat anggaran: meliputi kegiatan tahap demi tahap untuk mencapai hasil
Membangun arah. Mengembangkan visi masa depan, mendorong perubahan-perubahan yang perlu diadakan untuk tercapainya visi tersebut.
Pengembangan Network dengan individu lain untuk mencapai tujuan/agenda
Mengorganisasi dan mengatur staff (Staffing). Mengembangkan struktur mengatur staff, delegasi tugas, membuat perencanaan dll.
Aligning people. Mengkomunikasikan arahan dengan kata-kata maupun perbuatan, mempengaruhi orang untuk menciptakan perubahan, membuat mereka menerima visi dan mau bekerja bersama.
Pelaksanaan Rencana
Mengontrol dan memecahkan persoalan.
Memonitor hasil, bila ada kesalahan mencarinya, dan mencari pemecahan masalah.

Memotivasi dan Menginspirasi.
Membuat individu berkobar untuk mengatasi berbagai masalah.
Hasil
Menghasilkan sesuatu yagn biasanya sudah dapat ditebak, yang diharapkan berbagai stakeholders.
Menghasilkan sebuah perubahan, kadang-kadang dramatis, dan menghasilkan sesuatu yagn sangat produktif dan berguna.
        

3. Pendekatan-Pendekatan Mengenai KEPEMIMPINAN
a.      Pendekatan Sifat
Pendekatan ini percaya pada adanya karakteristik individu yang sifatnya khas, berbeda dibandingkan individu lain, yang merupakan karakteristik seorang pemimpin. Salah satu yang terkenal adalah pendekatan ”The Great Man”. 
Collon dalam buku yang diedit oleh Timpe (2002) menyebutkan adanya beberapa ciri sifat yang diidentifikasikan sebagai sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil yaitu:
§       Kelancaran berbicara. Dalam hal ini lebih luas darapida sekedar memiliki perbendaharaan kata yang luas namun termasuk di dalamnya kemampuan untuk memikat dan mempengaruhi orang lain untuk mendengarkan apa yang dikatakannya.
§       Kemampuan untuk memecahkan persoalan. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana pemimpin juga dapat menempatkan ide-ide yang segar bagi penyelesaian masalah dalam kelompoknya. Termasuk bahkan di dalamnya kapan bertindak dan kapan tidak perlu bertindak apa-apa.
§       Kesadaran akan kebutuhan. Seorang pemimpin yang efektif adalah mereka yang sensitif dengan kebutuhan kelompok yang dipimpinnya. Memiliki visi bagaimana cara untuk pemenuhannya.
§       Keluwesan. Pemimpin yang baik mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, bahkan membawa kelompoknya untuk menghadapi perubahan. Pemimpin yang efektif tidak akan takut dengan perubahan.
§       Kecerdasan. Kecerdasan di sini bukan diartikan sebagai kejeniusan. Tetapi anggota kelompok perlu merasakan bahwa pemimpin mereka memiliki kemampuan untuk membantu mereka mengatasi persoalan, dan memiliki kemampuan yang lebih demi kemajuan kelompok.
§       Kesediaan menerima tanggung jawab. Pemimpin yang baik bersedia memikul hal yang harus dikerjakannya dengan baik.
§       Ketrampilan sosial. Pemimpin yang efektif memiliki kemampuan diplomasi sehingga kelompoknya mendapatkan penghargaan dari orang sekitarnya.

b.      Pendekatan PERILAKU
Menurut pendekatan ini, pemimpin yang baik tidak dilihat dari sifat apa yang dimiliki, tetapi bahwa siapa yang dapat mengembangkan perilaku yang tepatlah yang akan menjadi pemimpin yang baik. Sehingga riset-riset yang dikembangkan bukan mempelajari bagaimana karakteristik seorang pemimpin tetapi apa yang dilakukan pemimpin dalam situasi-situasi yang ada yang membuatnya menjadi pemimpin yang baik.
Dalam pendekatan ini dikenal istilah: Pemimpin yang autokratik yaitu pemimpin yang cenderung mensentralkan otoritas dan mendapatkan kekuasaan karena posisinya, karena kemampuannya memberikan hadiah dan hukuman, serta pemimpin yang demokratis: yaitu pemimpin yang mendelegasikan otoritas kepada orang lain, mendorong adanya partisipasi, mengandalkan pengetahuan bawahan untuk penyelesaian tugas, dan memanfaatkan perasaan respek dari bawahannya dalam memberikan pengaruhnya.
Tannenbaum dan Schmidt (dalam Daft, 2005) menyarankan penggunaan autokratik maupun demokratik harus disesuaikan dengan kondisi organisasi. Misalnya dalam kondisi waktu yang genting dan anggota organisasi harus belajar lama untuk mengambil keputusan, maka gaya autokratik akan cenderung lebih efektif dibandingkan gaya demokratik. Sementara bila anggota organisasi sudah memiliki kesiapan untuk dapat mengambil keputusan sendiri maka gaya demokratis akan bisa dikembangkan. Bila jarak ketrampilan antara anggota organsisasi dengan pemimpin terlalu jauh, biasanya pemimpin akan mengembangkan gaya autokratik.      


c.       Pendekatan CONTINGENCY
Pendekatan ini menekankan kefektifan perilaku seorang pemimpin dalam suatu situasi mungkin tidak akan efektif apabila diterapkan dalam situasi yang lain. Dalam hal ini contingency diartikan sebagai: tergantung. Jadi seseorang akan menjadi pemimpin efektif itu tergantung dari banyak hal.

 
Menurut Fiedler Contingency Model, ada dua macam gaya kepemimpinan. Yang pertama: pemimpin yang berorientasi hubungan, yaitu pemimpin yang memperhatikan hubungan dengan sesama, ia sangat sensitif dengan perasaan orang lain dan berusaha menjaga hubungan baik. Yang kedua, adalah pemimpin yang berorientasi tugas, yaitu menekankan pentingnya terselesaikannya tugas daripada perhatiannya pada individu/orang.
Fiedler menemukan bahwa keefektifan gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan tergantung dari bagaimana kondisi situasi-situasi yang ada, yaitu: hubungan antara pemimpin-bawahan (bila ada kepercayaan antara pemimpin-bawahan, rasa hormat, kepercayaan terhadap pemimpin maka dikatakan hubungannya bagus), Tingkat Terstrukturnya tugas, (tugas yang terstruktur adalah yang memiliki prosedur yang spesifik, jelas, tujuan juga jelas, cenderung rutin, terdefinisi dengan jelas), Posisi Kekuasaan Pemimpin (sejauhmana pemimpin memiliki kekuasan formal terhadap bawahan. Disebut tinggi bila pemimpin memiliki kekuasaan untuk merencanakan, mengarahkan pekerjaan bawahan, mengevaluasinya dan memiliki kewenangan untuk memberikan hadiah dan hukuman).

1.      Mengembangkan Pemimpin yang Baik
Lester ( dalam Timpe 2001) mencatat bahwa sebagian besar orang percaya bahwa kepemimpinan dapat diajarkan. Dikatakan bahwa meskipun peran kepemimpinan itu rumit, tetapi hal ini dapat dipelajari asalkan ada kesediaan untuk mengorbankan waktu dan dana untuk pengembangannya.
Lebih lanjut Lester menyatakan bahwa pemimpin itu tidak dilahirkan tetapi dibentuk. Individu dapat belajar dan mengembangkan kepemimpinan, sama seperti mereka belajar keterampolan rumit lainnnya. Namun demikan memang diperlukan proses belajar yang mendalam dan berkelanjutan.
Dengan demikian, adanya pelatihan kepemimpinan dimungkinkan untuk dilakukan untuk mengembangkan pemimpin yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Daft, R.L. 2005. The Leadership Experience. Ohio: Thomson – South Western.
Moorhead, G. & Griffin, R.W. 1998. Organizational Behavior. New York: Houghton Mifflin Company.

Riyono, B. & Zulaifah, E. 2001. PSikologi Kepemimpinan, Yogyakarta: UGM Press.

Robbins, S.P. 1998. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prehallindo.

Timpe, A.D. 1991. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia. Kepemimpinan. Jakarta: Elex Computindo.






1 komentar:

  1. Kepemimpinan topik yang menarik dan menantang.. Indonesia butuh pemimpin yang hebat...

    BalasHapus

About Me

Foto saya
Love arts and jokes... Life is tasteless without both of it!